Copy, cut and paste disabled


top of page
Writer's pictureCegah Stunting

K-ASI-h Ibu Sepanjang Masa: Manajemen ASI Bagi Wanita Karir



Ketika seorang wanita melahirkan anaknya, identitas dirinya sebagai seorang Ibu akan menutup jatidiri dan masa lalu wanita tersebut. Padahal nyatanya seorang wanita ketika menjadi ibu bukan berarti harus meredam seluruh ambisi dan pencapaiannya. Seorang wanita, layaknya laki-laki yang menjadi seorang ayah, memiliki hak yang sama untuk tetap berkarya dan mengasuh anaknya. Memang tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin. Terutama dengan kenyataan bahwa ASI tetap menjadi pilihan terbaik nutrisi bagi bayi. 



Berbagai  pertimbangan bagi seorang ibu untuk melanjutkan karirnya. Kecemasan akan pemenuhan nutrisi, bonding dan stimulasi sang bayi saat ibu bekerja. Nyatanya, memang betul membesarkan seorang anak membutuhkan bantuan sekitar. Membesarkan seorang anak bukanlah kewajiban seorang ibu saja. Banyak pihak  dapat membantu kelangsungan pengasuhan bayi seperti pengasuh atau keluarga. Lingkungan ibu juga harus memahami bagaimana sulitnya pembagian peran seorang wanita karir dan menjadi ibu yang tetap berkontribusi penuh pada anaknya. Proses pemberian ASI bagi wanita karir juga seharusnya didukung dengan alokasi waktu dan tempat yang sesuai bagi ibu yang ingin memerah ASI. Lingkungan keluarga, tempat kerja, dan masyarakat yang memberikan dukungan secara emosional dan mental dapat membangun rasa percaya diri seorang ibu untuk tetap mencoba meraih keinginannya. Keberadaan sistem kesehatan yang mampu melakukan edukasi dan pendampingan pemberian ASI bagi wanita karir juga sangat diperlukan. Alangkah baiknya jika usaha seorang ibu didukung dengan profesional yang mampu berikan ilmu yang berguna bagi kesehariannya. 



Pada beberapa kondisi dimana ibu tidak bisa melakukan direct breastfeeding pada bayinya, ASI perahan dapat menjadi solusi jika dikelola dengan baik dan benar.  Perlu dipahami bahwa ASI dapat diperah secara rutin untuk menghindari rasa tidak nyaman pada payudara ibu dikarenakan ASI yang terlalu penuh dan mempertahankan produksi ASI selama ibu bekerja. Melakukan pemerahan ASI tidak mengharuskan alat pumping yang mahal serta repot dibawa, ASI perah dapat diperoleh dengan cara yang cukup mudah. Yang pasti, jaga higienitas dari tangan dan wadah yang akan digunakkan. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dengan bersih. Tempatkan wadah lebar dan letakkan di dekat payudara. Letakkan ibu jari di atas areola dan jari lainnya di bawah areola. Lakukan masase atau urut areola kearah berlawanan dengan puting atau ke arah dada. Perah kearah ujung puting sampai ASI keluar dan tertampung di wadah. Jika sudah, ubah posisi jari ke arah jam 3 dan 9, mulai memerah lagi dengan masase yang sama. Setelah 3-5 menit, ganti pemerahan ASI pada payudara lainnya. Lakukan bergantian hingga payudara terasa kosong atau biasanya memerlukan waktu 20-30 menit. 




Jika ibu merasa membutuhkan alat perah ASI, pilihlah sesuai dengan kebutuhan ibu. Ada beberapa tipe alat pumping yang sering digunakkan yaitu manual pump dan electric breast pump. Kebanyakan ibu memilih menggunakan alat perah ASI yang otomatis dikarenakan dapat memudahkan penggunanya, sehingga ibu lebih leluasa untuk melakukan perkerjaan lain sambil memerah ASI. Tentukan rutinitas sendiri untuk ibu dapat memerah ASI, kuncinya adalah konsistensi dalam melakukan perah ASI dan juga menetek langsung kepada bayi.


Contoh jadwal melakukan perah ASI



Lalu, bagaimana cara mengelola ASI perah tersebut? ASI dapat disimpan dalam lemari es atau secara beku dan diolah ketika akan dikonsumsi. Untuk ASI beku, cukup memindahkan wadah ASI ke lemari es selama satu malam atau ke dalam bak berisi air dingin kemudian menaikkan suhu air pelan-pelan hingga mencapai suhu ruang. Untuk ASI dalam lemari es, hangatkan wadah ASI dalam baskom berisi air hangat atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit. Perlu diingat bahwa ASI tidak boleh dihangatkan langsung dengan sumber panas seperti kompor atau microwave. Sebelum diberikan, goyangkan botol ASI agar panas merata dan teteskan ke pergelangan tangan pengasuh untuk mengecek apakah susu sudah cukup hangat. ASI yang sudah diolah harus dikonsumsi kurang dari 24 jam dan tidak boleh dihangatkan kembali. ASI perah dapat disimpan dalam wadah kaca ataupun plastik. Untuk pemberiannya, ASI perah dapat diberikan oleh pengasuh menggunakan banyak cara yang tidak perlu menggunakan dot bayi. Alat yang digunakkan dapat berupa sendok, babycup feeder, softcup feeder, atau spoon feeder. 




Cara ini dapat membantu ibu untuk bekerja tanpa rasa khawatir jika tidak sedang bersama bayinya. Dukungan dan bantuan dari sekitar dapat menjadikan seorang ibu tidak kehilangan identitasnya sebagai wanita karir yang bisa membantu menafkahi keluarganya juga. 




Sumber: 

  1. Ikatan Dokter Anak Indonesia | IDAI (2014) Penyimpanan ASI Perah. Diunduh dari: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/penyimpanan-asi-perah pada 7 Agustus 2023

  2. Center of Disease Control and Prevention (2010) Proper handling and storage of human milk. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm pada tanggal 7 Agustus 2023

  3. La Leche League International (2023) Pumping Milk. Diakses melalui: https://llli.org/breastfeeding-info/pumping-milk/

  4. Tanoto Foundation (2023). Lebih Baik Simpan Asip di Botol Kaca Atau Kantong Plastik? https://sigap.tanotofoundation.org/lebih-baik-simpan-asip-di-botol-kaca-atau-kantong-plastik/ pada 7 Agustus 2023 

  5. Willow (2021) The Willow Guide to Exclusive Pumping Schedules, We break it down for you. Diakses melalui: https://onewillow.com/blog/the-willow-guide-to-exclusive-pumping-schedules/

  6. World Health Organization (2023) World Breastfeeding Week 2023 - Key Messages. Diunduh dari: https://www.who.int/campaigns/world-breastfeeding-week/2023/key-messages pada 7 Agustus 2023


  • Penulis : Priscilla Kusumawardhani 

  • Reviewer : dr. Lea Sutrisna, M.Sc., Sp.A., IBCLC., CIMI

  • Designer : Yolanda Claudia Zipora

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page