Copy, cut and paste disabled


top of page
Writer's pictureCegah Stunting

Malnutrisi pada Remaja

Tanggal 26-30 September diperingati sebagai Hari Kesadaran Malnutrisi. Berdasarkan definisi dari WHO, malnutrisi mencakup kelebihan, kekurangan, dan ketidakseimbangan asupan energi dan/atau nutrisi. Terminologi malnutrisi ini terbagi lagi menjadi 3 kelompok : undernutrition, meliputi wasting (berat yang rendah menurut tinggi badan), stunting (tinggi badan yang rendah menurut usia) dan underweight (berat badan yang rendah menurut usia); micronutrient-related malnutrition, meliputi kekurangan maupun kelebihan mikronutrien (vitamin dan mineral yang penting); overweight, obesitas dan diet-related noncommunicable diseases (seperti penyakit jantung, stroke, diabetes and beberapa kanker).



Usia remaja merupakan periode kritis pertumbuhan fisik serta perkembangan dan maturasi seksual sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki. Defisiensi energi dan nutrien yang terjadi pada masa ini bisa berdampak negatif yang dapat berlanjut sampai dewasa . Pada masa ini pula pemenuhan nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis. Masalah gizi yang terjadi pada usia remaja akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang memiliki masalah gizi dan berdampak terhadap perekonomian dan kesehatan negara. Khususnya status nutrisi remaja perempuan, berkaitan erat dengan kondisi kesehatan ibu dan anak nantinya.



Remaja Indonesia yang berusia 10-19 tahun, menghadapi tiga beban malnutrisi yaitu gizi kurang, gizi berlebih dan defisiensi mikronutrien. Berdasarkan Riskesdas 2018, 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Sebanyak 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16% pada usia 13-15 tahun dan 13,5% pada usia 16-18 tahun. Satu dari tujuh remaja mengalami gizi lebih dan satu dari tiga remaja mengalami anemia.


Remaja perempuan dapat terpengaruh oleh masalah terkait body image dan ingin tampil kurus. Hal lain yang mempengaruhi kondisi gizi remaja perempuan adalah pekerjaan rumah, ikut mengasuh saudara yang lebih kecil, pernikahan dini dan masih terdapat diskriminasi di beberapa kelompok masyarakat.


Sedangkan pada remaja laki-laki, masalah terkait maskulinitas dan keinginan menjadi kuat dan besar ditambah tekanan pekerjaan berat, sehingga dapat terjerumus perilaku yang berisiko untuk kesehatannya seperti merokok, alkohol atau penyalahgunaan obat.

Pada kelompok remaja dengan status ekonomi menengah keatas, malnutrisi dapat timbul akibat aktifitas fisik yang kurang dan pilihan makanan tidak sehat dengan kandungan energi berlebih.


Usia remaja merupakan kesempatan kedua yang sangat penting dalam pertumbuhan manusia, setelah fase 1000 hari pertama kehidupan (HPK).


Mengacu pada RPJMN 2020-2024, percepatan penurunan stunting menjadi 14% dan wasting menjadi 7% pada tahun 2024 menjadi salah satu tujuan pembangunan kesehatan. Untuk dapat mencapai target tersebut, perlu dilakukan penguatan intervensi spesifik san sensitif yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan fokus pada sasaran 1000 HPK dan remaja.



Saat ini di Indonesia, program Aksi Bergizi dikerjakan pemerintah bersama UNICEF, berupa tiga komponen, yaitu:

  1. Suplementasi zat besi dan asam folat mingguan untuk remaja perempuan

  2. Modul Edukasi Nutrisi multisektoral yang dilakukan disekolah. Untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku dan efikasi diri remaja perempuan dan laki-laki terhadap pilihan makan sehat dan aktifitas fisik

  3. Strategi gender-responsive social and behaviour chage communication (SBCC), yang dirancang untuk mendukung remaja perempuan dan laki-laki meningkatkan praktek diet dan aktifitas fisik dengan dukungan dari keluarga, teman dan komunitas

Permasalahan gizi remaja tidak dapat diselesaikan oleh bidang kesehatan saja, namun perlu dukungan dan peran aktif semua pihak.


Reference

  1. WHO. 9 Juni 2021. Malnutrition. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition

  2. Satgas Remaja IDAI. 2013. Nutrisi Pada Remaja. Sumber : Buku Bunga Rampai Keseharan Remaja

  3. UNICEF. 2021. Social and Behaviour Change Communication Strategy: Improving Adolescent Nutrition in Indonesia.

  4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018.

  5. Maehara M., Rah J.H., Roshita A., et al. 2019. Pattern and risk factors of double burden of malnutrition among adolescent girls and boys in Indonesia. Plos One. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0221273

Created by:

dr Lea Sutrisna, M.Sc, Sp.A, IBCLC - Dokter Spesialis Anak, Konselor Menyusui

Designed by:

Rekianarsyi Arrasyidipa Narayaprawira Wiranto Putra


Comentários


bottom of page